Tuesday, November 8, 2016

Menghargai Kecerdasan Perempuan...

Siapa pun mengakui kejeniusan Umar Bin Khaththab. Pada masa pemerintahannya, Islam meluas dengan cepat, bahkan melewati wilayah Semenanjung Arab, Persia dan Romawi sebagai kekuatan adidaya saat itu takluk di tangan kaum Muslimin di bawah perintah Umar Sang Amirul Mukminin.

Luasnya wilayah dan kompleksnya permasalahan kekuasaan hanya dapat ditangani oleh pemimpin jenius dan berhati bersih seperti Umar. Urusan militer, ekonomi, sosial, budaya, sekaligus urusan agama menjadi tanggung jawab Umar. Umar paham, ia tak bisa bekerja sendirian. Maka Umar menjadikan para sahabat, seperti Ali Bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin 'Auf, Abdullah bin Abbas, dan lain-lain sebagai penasihatnya. Juga menempatkan sahabat-sahabat lain di wilayah operasional.

Kalangan Sahabiyah pun dilibatkan. Umar memahami bahwa Islam menempatkan perempuan sebagai pribadi yang mandiri dengan segala kelebihan yang Allah berikan. Pendapatnya setara dengan pendapat kaum lelaki. Adalah Asy-Syifa binti Abdullah yang turut menjadi penasihat Umar. Kecerdasan Syifa telah dikenal sejak masa Rasulullah S'AW. Bahkan Rasulullah memerintahkannya mengajarkan baca tulis bagi kaum Muslimah. Keahlian Syifa dalam ilmu pengobatan pun diakui Rasulullah dan diarahkan sesuai syariat.

Syifa adalah perempuan multitalenta. Dia juga menguasai ilmu ekonomi. Mengetahui kemampuan Syifa, Umar pun tak segan meminta pendapatnya tentang ekonomi, khususnya terkait pasar. Bahkan Umar menempatkan Syifa sebagai pengawas pasar di Madinah. Tanggung jawabnya, memantau setiap transaksi di pasar tersebut apakah sesuai dengan syariat Islam. Bila tidak, transaksi itu harus dihentikan dan pelakunya harus diadili. Kecurangan, monopoli, permainan harga, riba, dan penyimpangan lainnya amat rentan terjadi di dalam pasar.

Sebagai atasan, Umar juga memperhatikan keluarga Syifa, terlebih dalam urusan agama. Suatu kali, sepulang dari Masjid Nabawi setelah sholat subuh, Umar mampir ke rumah Syifa. Di sana dia mendapati Abu Hatsmah, suami Syifa, dan Sulaiman, anaknya, tengah tidur. Umar pun bertanya, kenapa ayah dan anak itu tak sholat Subuh di masjid. "Wahai Amirul Mukminin, mereka berdua sholat sepanjang malam hingga waktu Subuh. Setelah sholat, mereka tertidur," jelas Syifa. "Sholat Subuh berjamaah bersama yang lain lebih aku sukai daripada sholat sepanjang malam hingga Subuh." Ujar Umar.

Syifa mengagumi dan amat menghormati Umar. Sang Amirul Mukminin adalah contoh terbaik saat itu dalam agama maupun aktivitas dunia. Suatu saat, Syifa melihat sekelompok pemuda yang berjalan lambat dan bersuara lirih. Ia pun bertanya, "Apa ini? kenapa kalian?" Mereka menjawab, "Ini adalah (cara) ahli ibadah." Syifa berkata keras, "Demi Allah, Umar adalah orang yang bila berbicara terdengar jelas, bila berjalan melangkah dengan cepat dan bila memukul mematikan."

Umar telah menunjukkan keteladanan dalam kepemimpinan, hingga yang dipimpinnya, laki-laki maupun perempuan, bersikap loyal dan tulus.

Sumber: Majalah Ummi No.11~XXVIII~November 2016~1438 H

No comments:

Post a Comment